Presiden MAH Hakim Ouansafi menyatakan, mualaf di Hawaii bertambah paling sedikit tiga orang per bulan. Bahkan, dalam dua bulan setelah peristiwa tersebut, sebanyak 23 orang non-Muslim menyatakan diri berislam. Kebanyakan mualaf adalah keturanan Afro-Amerika yang tinggal di Honolulu.
Mereka mengaku, sebelumnya tidak menganut agama apa pun. Beberapa di antaranya menemukan Allah saat mereka berada di dalam tahanan atau sedang berjuang melawan ketergantungan terhadap obat-obatan dan alkohol. Sedangkan, di wilayah West Coast lain lagi. Beberapa orang mualaf adalah anggota militer yang sebelumnya beragama Kristen.
Bila dilihat dari segi jenis kelamin, perempuan lebih banyak yang menjadi mualaf daripada pria. “Perbandinganya 1 : 4,” ujar Ouansafi. Menurut dia, perempuan memang lebih religius dibandingkan laki-laki.
Perempuan lebih mudah tergerak hatinya kepada agama daripada laki-laki karena mereka bersentuhan erat dengan proses kehidupan. “Mereka melahirkan dan memiliki anak,” katanya. Selain itu, Islam juga sangat melindungi dan menghormati hak perempuan.
Para mualaf itu umumnya mengaku, memilih Islam karena ini adalah agama yang rasional. Islam hanya mengenal satu Tuhan. Proses masuk Islam pun sangat mudah. Tidak ada seremoni pengislaman yang rumit dan mengandung unsur pemaksaan.
“Calon mualaf hanya diwawancarai mengenai pengetahuan dan alasan mereka berislam. Apakah mereka berislam dengan sukarela atau paksaan,” katanya. Lalu, mereka (calon mualaf) mengucapkan dua kalimat syahadat.
Kini, Hawaii adalah tempat tinggal bagi sekitar tiga ribu orang Muslim. Hawaii pun dinilai sebagai tempat yang paling nyaman bagi Muslim dibandingkan negara bagian AS lainnya. Negara bagian ini tidak keberatan dengan perbedaan. Tidak ada ras atau agama mayoritas di Hawaii sehingga tidak ada diskriminasi.
Untuk melaksanakan shalat lima waktu, beberapa siswa bahkan mendapat kemudahan dari guru mereka untuk menggunakan ruangan tertentu. Muslimah pun diperbolehkan mengenakan jilbab ke sekolah ataupun kantor.