Anak Ini Disiksa dan Dihujat Gurunya Karena "Selalu Juara 2 Terakhir di Kelas", Tapi 20 Tahun Kemudian, Prestasinya Mengguncang Dunia!

Masa-masa sekolah selalu jadi masa-masa yang dikenang dan masa-masa yang penuh bahan obrolan. Buat beberapa orang, masa sekolah itu manis luar biasa, tapi buat segelintir orang, kayaknya masa sekolah itu bagai neraka. Baru-baru ini di internet ada orang yang bertanya, "Anak yang dulu ranking terakhir di kelas, sekarang udah gimana ya hidupnya?" Pertanyaan ini dijawab dalam bentuk cerita oleh seorang pria yang masa sekolahnya suram, selalu ranking kedua terakhir, dan selalu dicerca bahkan oleh gurunya sendiri.

Ilustrasi

Netizen ini 20 tahun yang lalu adalah seorang murid yang bersekolah di salah satu sekolah yang cukup tenar di Taiwan. Dia yang saat itu masih SMP selalu berdiri sebagai murid ranking kedua terakhir di kelas. Bagi anak-anak dan guru di masa itu, prestasi seperti itu bukan prestasi yang menyenangkan. Dengan kelas yang sangat banyak, orangtua dan bahkan wali kelas masing-masing kelas bisa bersaing satu sama lain dan berusaha menjadikan anak-anaknya murid-murid terbaik. "Sebenarnya nilai matematikaku dulu nggak jelek-jelek banget, bahkan salah 1 yang cukup oke di kelas, cuman pelajaran lain nilainya jelek dan selalu dibawah rata-rata kelas. Gara-gara ini, guruku benci banget sama aku. Dulu itu setiap kali ujian dibagi, aku selalu jadi murid yang tangannya dipecut sampai merah."

Dia bercerita, "Satu hari wali kelas mau razia tas sekolah. Waktu itu aku pas lagi bawa buku selain buku pelajaran. Dulu, bawa buku diluar buku paket itu dilarang. Sebenernya yang kubawa juga bukan komik ato buku porno. Buku pengetahuan juga, tapi yah bukan buku paket. Akhirnya aku diam-diam menyelipkan buku itu diantara tas dan paha sambil guruku razia tas yang ada di depanku. Tapi nggak lama kemudian, guruku memanggil aku ke ruang guru. Katanya ada murid yang lapor kalau aku bawa buku lain diluar buku paket. Tanpa bertanya dulu, beliau memukulku 20 pukulan dan membuatku berlutut di koridor hampir sepanjang pelajaran. Beliau bahkan pernah menghujatku, dia bilang aku sampah masyarakat."

"Setelah aku "disiksa" sekian lama, guruku mengambil tasku dan melempar tasku ke arah mukaku, dia bilang, "Buka tasmu! Aku mau liat di dalemnya ada apa! Kamu keluarin sendiri, jangan sampe saya yang bongkar!" Kejadian itu terjadi di jam istirahat dan banyak orang yang jalan sana-sini. Semuanya melihatku. Aku mengeluarkan buku yang judulnya "Teori Mesin"."


"Kupikir aku setidaknya bisa dimaafin karena toh bukan novel, bukan komik juga. Aku memang dari kecil nggak terlalu suka hal-hal begituan. Tapi buat hal-hal yang aku suka, aku senang belajar dan cari tau. Tapi nggak nyangka guruku itu mengambil buku, melipatnya jadi kayak pentungan gitu, terus memukulku dengan buku itu, "Kamu kira kamu dewa?! Ranking kedua terakhir, bego, gabisa apa-apa, masih mau belajar mesin?! Mimpi kamu!"

Belum selesai, sampai di kelas netizen ini dicerca habis-habisan oleh gurunya di depan kelas, "Di kelas ini ada orang yang merasa dirinya pinter, padahal bodoh. Kalian harus tau diri, tau posisi. Di dunia ini harus ada pekerjaan-pekerjaan kasar yang dikerjain sama orang yang ga bisa apa-apa."

"Selesai SMP, aku memilih buat masuk SMK. Yah di zaman itu SMK bukan sekolah pilihan. Kasarnya bilang, isinya ya anak-anak yang ga sanggup masuk SMA. Sedikit banget yang bener-bener mau milih SMK. Ternyata pilihanku ini membuat hidupku tambah susah waktu itu. Keluargaku ga bisa terima dan merasa masa depanku udah suram. Aku sendiri sempat terpukul, tapi tetep berjuang. Aku menghibur diriku sendiri dan mengatakan aku bisa."

"Akhirnya setelah selesai SMK, aku daftar kuliah di universitas yang cukup top di bagian selatan Taiwan. Selesai aku kuliah S1, aku menyadari aku harus belajar lebih banyak. Lanjutlah aku S2 di tempat yang sama dan akhirnya, demi mewujudkan mimpi dan tuntutan pekerjaan, aku mengambil S3 jurusan mesin di sekolah paling top di Taiwan. Riset utamaku waktu itu di bagian robot, sampai sekarang masih terus dikembangkan, dan setelah aku dapat ijazah S3, aku membuka perusahaan dengan teman-temanku, yang tentu saja di bagian mesin dan robot-robotan. Usaha itu berkembang cukup baik, baru berdiri setahun aja pendapatannya sudah sekitar 21 juta NTD (sekitar 8,5 milyar rupiah). Waktu itu, mimpiku baru aja dimulai."

"Kejadian itu udah berlalu 20 tahun, Tapi buku yang jadi awal mimpiku, buku yang dicela itu masih ada di tanganku. Aku nggak pernah menyangka, hal yang selama ini tersimpan di dalam tasku dulu bukan buku biasa, tapi "Awal dari Mimpi Besar"."

"Pesan saya buat anak-anak muda, jangan pernah menyerah dengan apa yang kamu lakukan dan jangan pernah mengukur segala sesuatu dari nilai yang didapat semasa sekolah. Nilai itu cuma sementara, tapi mimpi itu kekal. Temanku yang jadi ranking terakhir, dia yang hampir senasib denganku dulu, seorang wanita, sekarang sudah mendapat gelar Doktornya dari sebuah sekolah yang super top di China. Sekolah yang sangat tidak mudah dan selalu jadi impian banyak orang. Siapa bilang anak-anak yang ada di ranking terakhir adalah anak-anak yang sangat tidak mampu? Jangan batasi dirimu dengan kepalsuan-kepalsuan dan cercaan orang! Keluar dari cercaan itu dan berjuang buat capai mimpimu! Kalau saya bisa, kalian juga bisa!"