Nabi Ibrahim AS bertanya kepada Malaikat Maut cara ia mencabut suatu nyawa di Timur dan suatu nyawa di Barat pada saat yang bersamaan.
Asy’ats bin Aslam bercerita, “Ibrahim a.s. pernah bertanya kepada Malaikat Maut Dia berkata, “Wahai Malaikat Maut, apa yang kau lakukan (jika yang kau cabut) adalah satu nyawa di Timur dan satu nyawa di Barat, juga ketika ada suatu malapetaka di bumi, juga ketika ada pertempuran antara dua pihak, bagaimana engkau melakukannya?”
Dia menjawab, “Aku memanggil nyawa atas seizin Allah, sehingga nyawa-nyawa itu ada di antara kedua jariku ini.” Bumi juga dibentangkan baginya, lantas dibiarkan layaknya nampan yang darinya dia dapat mencomot apa saja yang dia mau.
Ibnu Abbas r.a. juga bercerita, “Ibrahim a.s. adalah seorang lelaki pencemburu. Dia punya sebuah rumah khusus untuk beribadah. Apabila keluar, dia menguncinya.
Pada suatu hari, dia pergi. Ternyata (sepulangnya), ada seorang lelaki di dalam rumah. Ibrahim pun bertanya, “Siapa yang memasukkanmu ke rumahku?”
Ia menjawab, “Pemiliknya yang memasukkanku.”
Ibrahim menukas, “Akulah pemiliknya.”
Lelaki itu berkata, “Yang memasukkanku ke dalamnya adalah Dia Yang lebih memilikinya daripada engkau.”
Ibrahim pun bertanya, “Kalau begitu, engkau ini malaikat apa?” Ia menjawab, “Aku Malaikat Maut.”
Ibrahim bertanya, “Bisakah engkau memperlihatkanku rupa sewaktu engkau mencabut nyawa seorang mukmin?”
Ia menjawab, “Ya.”
Lalu, Ibrahim menoleh. Tiba-tiba Malaikat Maut sudah dalam rupa seorang pemuda. Ia pun menyebut tentang keelokan parasnya, keindahan pakaiannya, dan keharuman aromanya.
Ibrahim berkata, “Wahai Malaikat Maut, seandainya seorang mukmin saat kematiannya hanya menjumpai rupamu ini, tentulah itu saja sudah cukup (membahagiakannya).” Kemudian ia mencabut nyawanya.
Pada kali yang lain, Malaikat Maut berjumpa dengan Bapak Para Nabi ini. Ibnu Umar r.a. bercerita, “Malaikat Maut berkata, (Wahai Tuhanku, hamba-Mu, Ibrahim, merasa ngeri terhadap kematian: Allah berfirman,”Katakanlah kepadanya bahwa sahabat karib (al-khalil) apabila berusia panjang, tentu merasa rindu kepada sahabat karibnya, sehingga dia pergi menjumpainya.”
Ibrahim berkata, “Benar, wahai Tuhanku, aku merasa rindu bertemu dengan-Mu.” Dia pun diberi suatu aroma wewangian. Ketika Ibrahim menciumnya, seketika itu juga nyawanya dicabut.
Sumber: congkop.com