Aku berkenalan dengan suamiku dari seseorang yang aku kenal. Aku langsung jatuh cinta padanya ketika aku bertemu dengannya pertama kali. Kami akhirnya memutuskan untuk menikah karena kedua orangtua kami ingin kami segera berumah tangga. Setelah menikah, suamiku sangat baik terhadapku. Dia bahkan memberikan buku tabungannya padaku agar aku yang mengatur keuangan rumah tangga kami. Setelah setahun menikah, aku pun melahirkan seorang anak perempuan.
Waktu itu, aku dan suamiku memutuskan untuk melahirkan seorang anak lagi ketika putri pertamaku ini berusia 2 tahun nantinya. Karena hal inilah, suamiku pun akhirnya bekerja lebih keras supaya anak kami bisa hidup dengan baik. Suamiku sendiri bekerja sebagai pembuat batu bata, sehingga kalau dia ingin mendapatkan uang lebih banyak, dia harus memperpanjang waktunya bekerja. Pada waktu itu, aku cukup khawatir suamiku bisa kecapekan, tapi dia hanya tertawa melihatku khawatir seperti itu dan memastikanku bahwa dia baik-baik saja.
Namun hal yang tak kuinginkan pun terjadi pada saat putriku sudah berusia 2 tahun. Suamiku mengalami kecelakaan ketika dia membuat batu bata di tempat kerjanya. Dia pun segera dilarikan ke rumah sakit pada saat itu, namun sayangnya nyawanya tak tertolong. Suamiku meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Hal ini membuatku syok dan tak dapat menerima apa yang barusan terjadi pada suamiku. Aku sampai pingsan berkali-kali mendapatkan kabar bahwa suamiku telah meninggal.
Waktu itu, karena suamiku membeli rumah baru untukku dan putriku, kami pun tidak mempunyai sisa tabungan yang cukup banyak untuk biaya hidupku serta putriku, sehingga mau tidak mau pun aku harus bekerja di sebuah pabrik diluar kota. Aku pun akhirnya menitipkan putriku pada mertuaku ketika aku harus bekerja diluar. Namun pada saat putriku berusia 5 tahun, mertuaku jatuh sakit, sehingga mereka pun tidak bisa menjaga putriku lagi. Aku pun bingung apa yang harus aku lakukan, di satu sisi aku ingin tinggal bersama putriku, tapi di satu sisi, aku harus bekerja untuk memenuhi biaya hidup kami.
Akhirnya aku pun meminta tolong pada kakak iparku untuk menjaga putri kecilku ini. Pada awalnya, dia terlihat tidak terlalu senang akan ide ini, tapi dia akhirnya memutuskan untuk menjaga putriku. Aku pun sangat lega dan berjanji padanya bahwa aku akan bekerja dengan baik agar aku bisa memberikan kehidupan yang baik untuk putriku. Aku pun akhirnya bekerja dengan keras di pabrik dan disanalah akhirnya aku bertemu dengan suamiku yang sekarang. Dialah yang pertama kali mengejarku dan aku pun akhirnya jatuh hati padanya. Namun hal ini diketahui oleh mertuaku, dan mereka langsung marah besar terhadapku serta tidak menyetujui hubunganku dengan pria ini. Aku yang marah besar pun akhirnya langsung membawa putriku pulang bersamaku malam itu juga dari rumah kakak iparku.
Namun suamiku yang sekarang tidak bisa menerima bahwa aku sudah mempunyai seorang putri dan dia malah menyuruhku untuk membawanya pulang lagi ke rumah kakak iparku. Di sisi lain, putriku merengek untuk pulang ke rumah kakak iparku segera. Aku yang kebingungan pada saat itu pun akhirnya memutuskan untuk mengantarkannya kembali ke rumah kakak iparku. Kakak iparku terlihat tidak senang dengan hal ini, tapi dia masih mau menerima putriku di rumah mereka.
Setelah kejadian itu, aku pun akhirnya menikah dengan suamiku yang sekarang dan melahirkan seorang putra. Kami pun memulai bisnis kami bersama semenjak saat itu. Aku pun mulai sangat sibuk karena aku perlu mengurusi banyak hal sehingga aku tidak punya waktu untuk mengunjungi putriku lagi sampai 10 tahun lamanya. Setelah 10 tahun, kondisi ekonomi keluargaku sekarang pun jauh membaik. Aku pun akhirnya mulai berdiskusi dengan suamiku tentang putriku dan akhirnya suamiku pun setuju jika aku ingin membawanya pulang.
Malam itu juga, aku pun ke rumah kakak iparku untuk menjemput putriku yang sudah remaja ini untuk pulang bersamaku. Aku pun membawa sejumlah uang untuk kakak iparku sebagai tanda terima kasihku padanya. Namun sepulang putriku dari tempat lesnya, kata-katanya ini membuat hatiku sangat sakit. "Aku cuman punya satu mama, aku tidak punya mama lain selain Bibi. Aku gak pengen pulang denganmu."
Putriku pun meninggalkanku dan masuk ke kamarnya. Kakak iparku pun meminta maaf padaku dan dia pun mengembalikan uang yang aku berikan padanya. Aku pun berlutut di hadapannya dan berjanji akan membawa uang yang lebih banyak untuknya supaya aku bisa membawa putriku pulang. Namun kakak iparku hanya menjawab bahwa semua keputusan ada di tangan putriku. Aku langsung lemas pada waktu itu. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan. Apakah aku telah membuat keputusan yang salah selama sepuluh tahun ini? Apa yang harus aku perbuat sekarang?